Balai Bahasa Provinsi Riau gelar Bimtek penulisan cerita anak dwi bahasa pada 13-15 Mei 2024. Kegiatan ini berlangsung di Dispusip Indragiri Hulu. Kegiatan ini berpusat di aula lantai 3 ini berhasil mengumpulkan penulis-penulis andal dari seluruh Indragiri Hulu. Mereka yang datang bukan hanya dari Rengat, tapi juga berasal dari Lirik, Rakit Kulim, Seberida, Air Molek dan Kuala Cenaku. Penulis dari berbagai latar belakang profesi hadir untuk menimba ilmu dalam menulis buku cerita anak yang baik dalam dua bahasa.
Kegiatan ini merupakan program KKLP Penerjemahan untuk menjaring penulis di daerah menulis buku cerita anak dengan dwi bahasa. Kegiatan sebelumnya telah dilakukan di daerah Kampar dengan pemateri Bambang Kariyawan dan Cikie Wahab. Sementara di Rokan Hulu diisi oleh Nurbalian dan Kamali serta Siak oleh pemateri Afrizal Cik dan Wulan Citra Dewi.
Kegiatan di Indragiri Hulu sendiri menggandeng Yeni Maulina (Widyabasa), Rian Harahap dan Nafiah al-Mahrab (Sugiarti) (Penulis) serta Datuk Marwan (Ketua LAM Inhu). Bimbingan teknis ini bertujuan untuk dapat menambah koleksi serta pilihan buku cerita anak yang berkualitas sesuai dengan juknis Pustanda. Adapun Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau Bapak Toha Mahsum dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip Indragiri Hulu Ibu Venisa Dwipa Sari turut hadir dan membuka kegiatan ini.
Selama tiga hari bimbingan teknis penulisan buku cerita anak dwi bahasa peserta sangat antusias mengikuti dan memaparkan papan cerita yang telah mereka tulis. Nantinya cerita itu akan diseleksi oleh dewan juri yang juga merupakan narasumber untuk dipilih menjadi sembilan cerita terbaik yang kemudian akan dicetak menjadi buku. Sementara cerita lainnya akan menjadi antologi.
Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau menyampaikan bahwa ada banyak agenda nantinya yang akan melibatkan daerah-daerah untuk menjaring penulis-penulis muda.
Salah satu narasumber, Rian Harahap yang juga merupakan alumni Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UMSU. “Indragiri Hulu ternyata menyimpan segudang cerita anak dan potensi kepenulisan yang jauh lebih baik. Hanya saja tidak meratanya informasi dan ketersediaan media membuat penulis di kabupaten jarang terekspos,” tutupnya.